Archive for September, 2012

-tanpa jiwa-

Posted in Uncategorized on September 27, 2012 by isti

Termangu hanya mampu itu

Terdiam tanpa kata

Mencoba tuk lukiskan senyum

 

Lupakan cerita yang tlah lalu

Biarkan luka itu mengering

Mencoba tuk maafkan cerita itu

Akankah menunggu tuk larutkan semua

 

Cobalah mainkan dawai gitar mu

Nyanyikan dan dengdangkan lagu mu

Hiburlah hati yang sedang pilu

 

Pandangi hitamnya langit malam itu

Pekat nya butakan hati

Angin sepoi membius syaraf ku

Sesaat lupakan semuanya

Ku berbaring di atas hamparan pasir pantai

 

Ku ingin bercinta dengan mu

Ingin ku reguk dan ku lumat habis tubuh indah mu

Sayang kau hanya menari dalam angan ku

Belati mu tlah tikam jiwa kosong ku

Tinggallah ku tanpa jiwa

berapa harga sebuah idealisme

Posted in Uncategorized on September 27, 2012 by isti

berapa harga sebuah idealisme..

jangan pernah kau tanyakan pada ku

karena ku hanya mampu termangu dan menonton

segala nya yang monoton tanpa arti dan makna

 

tanyakanlah kepada mereka yang masih mendekap nya

mendekap dan menyimpannya bersama jasad mereka

chairil anwar, soe hok gie, arief rahman hakim, yun hap

mereka masih menyimpan idealisme itu

 

jangan kau tanyakan kepada mereka

yang bertengger di teras kejayaan

mereka anggap idealisme tidak ada

karena tidak ada kesempurnaan dan keabadian

 

namun mereka lupa,

idealisme tidak akan pernah mati

layaknya keabadian yang akan terus terkenang

mereka memang telah pergi

tapi idealisme mereka tetap terpatri

 

jika kau masih berjalan di atas bumi

idealisme menjadi sebuah harga semu

namun jika kau berbaring di bawah tanah

idealisme menjadi sebuah harga mati

 

berapa harga sebuah idealisme..

bunga ku telah layu

Posted in Uncategorized on September 27, 2012 by isti

bunga ku telah layu…

tak lagi berkembang,

hilang….

terbawa angin malam,

kini diam dan tumbang…

bungaku kini telah mati..

terhempas dahsyat jatuh ke bumi.

lihat…

tidak kah kau melihat,

akar-akarnya yang kuat,

kini berontak mencoba menggeliat.. .

mencari lahan baru,

tanah murni tuk kembali tumbuh…

bungaku,

haruskah kuncupmu kembali menunggu??

tuk merekah, dengan warna baru…